Cuaca ekstrim dan gelombang tinggi saat ini menjadi masalah utama bagi para nelayan, yang mengakibatkan terjadinya masa paceklik di beberapa wilayah di Indonesia. Di saat para nelayan tidak dapat melaut ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP), memberikan pelatihan di bidang kelautan dan perikanan sebagai alternatif mata pencaharian bagi nelayan pada saat paceklik. Pelatihan tersebut salah satunya dilaksanakan pada tanggal 4-9 Februari 2013, di TPI Cilincing, Jakarta Utara.
Menurut Kepala BPSDM KP, Sjarief Widjaja, salah satu permasalahan yang dihadapi para nelayan di daerah tersebut, dalam melakukan kegiatan operasional penangkapan ikan di laut selama ini adalah ketika mesin motor kapal yang digunakan mengalami ganggguan. Dalam kondisi ini, mereka sangat bergantung pada montir yang jumlahnya sangat terbatas. Untuk memperbaikinya mereka harus mengeluarkan biaya tambahan sebesar Rp 150.000 hingga Rp 250.000 per unit mesin. Hal ini tentunya sangat membebani mereka, terlebih pada saat musim paceklik ini, di mana pendapatan mereka berkurang drastis dikarenakan tidak dapat pergi melaut. Keadaan bertambah parah dengan adanya banjir akibat air pasang yang cukup tinggi.
Sementara itu, untuk menopang ekonomi keluarga, para wanita di daerah tersebut membantu suaminya dengan menjadi pengupas kerang hijau untuk disetorkan ke pemasok dan berjualan ikan olahan seadanya. Adapun para pemudanya masih kurang kesadaran dan minat untuk menjadi nelayan. Mendapat laporan mengenai kondisi tersebut dari kelompok nelayan dan Suku Dinas Perikanan, Peternakan, dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara, KKP cepat tanggap dalam menangani permasalahan itu, dengan menyelenggarakan pelatihan di masa paceklik ini. Kegiatan tersebut berupa pelatihan perawatan mesin kapal perikanan bagi 60 orang nelayan sebanyak 2 angkatan dan pelatihan kerajinan kekerangan bagi 30 orang masyarakat sebanyak 1 angkatan. Kedua pelatihan tersebut diperuntukkan bagi warga daerah Cilincing, Kalibaru, dan Marunda.
Pelatihan seperti ini bukanlah hal baru yang dilaksanakan oleh KKP. Pada masa paceklik tahun 2012, dalam kurun waktu Januari hingga Maret, KKP telah melaksanakan 19 pelatihan bagi 450 orang pelaku utama sektor kelautan dan perikanan (nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan, dan petambak garam), dengan anggaran sebesar Rp 1,368 milyar. Pelatihan tersebut dilaksanakan di Kab. Gunung Kidul (DIY) sebanyak 180 orang, Kab. Trenggalek (Jatim) sebanyak 30 orang, Kab. Serang (Banten) sebanyak 30 orang, Kab. Bantul (DIY) sebanyak 90 orang, dan Kab. Pinrang (Sulsel) sebanyak 120 orang. Untuk Tahun 2013, pelatihan tersebut dilaksanakan antara lain di Tasikmalaya (Jabar) 30 orang, Jakarta Utara 90 orang, Pantura 120 orang, dll, dengan anggaran Rp 3 juta per orang.
Melalui pelatihan perawatan mesin kapal perikanan tersebut diharapkan para nelayan mempunyai keahlian dalam merawat dan memperbaiki mesin kapal perikanannya sendiri. Dengan demikian, mereka tidak perlu bergantung kepada montir yang jumlahnya sangat terbatas dan dapat mengurangi pengeluaran biaya perawatan dan perbaikan mesin kapal. Sementara itu, melalui pelatihan kerajinan kekerangan diharapkan limbah kulit kerang yang selama ini dibuang ke laut, dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga dapat mengurangi volume sampah dan pencemaran serta menambah penghasilan masyarakat dengan menjual hasil kerajinannya.
Berbeda dengan bantuan uang yang akan cepat habis, bantuan pelatihan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk jangka panjang. Dengan demikian masyarakat dapat hidup secara mandiri. Keterampilan hasil pelatihan pun dapat dimanfaatkan setiap saat. Diharapkan pula, ilmu yang telah didapat dari kedua pelatihan tersebut dapat disebarkan oleh para peserta pelatihan kepada masyarakat sekitar untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Jika kondisi seperti ini terjadi lagi, mereka tetap dapat memberikan penghasilan bagi keluarganya.
Sumber : BPSDMKP.kkp.go.id/ 18/2/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar