Jadilah yang Pertama

"baik atau buruk informasi yang anda sampaikan, yang pertama akan selalu diingat"

Selasa, 13 Desember 2011

MATERI PENYULUH PERIKANAN (1)

Mengenal Jenis Alat Tangkap

 1. Jaring Insang
 Nama jaring insang berasal dan bahasa Inggris " GILL NET ". Gill berarti Insang dan Net berarti jaring. Dengan demikian pengertian jaring insang adalah : " Suatu alat tangkap terbuat dari bahan jaring. Ikan yang tertangkap karena insangnya terjerat pada mata jaring. Satu lembar (helai) jaring yang telah dilengkapi tali ris atas dan tali ris bawah dinamakan satu tinting atau satu pis. Menurut Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.06/MEN/2010 tentang Alat Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia jaring insang oseanik termasuk kedalam kelompok jenis alat penangkapan ikan jaring insang (gillnets and entangling nets). Pengertian Jaring insang Di definisikan sebagai berikut: " Kelompok jenis alat penangkapan ikan jaring insang adalah kelompok jaring yang berbentuk empat persegi panjang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris bawah atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara terjerat dan/atau terpuntal dioperasikan di permukaan, pertengahandan dasar secara menetap, hanyut dan melingkar dengan tujaun menangkap ikan pelagis dan demersal (SNI 7277.8:2008)" . 

Pengoperasian jaring insang dilakukan dengan cara menghadang arah renang gerombolan ikan pelagis atau demersal yang menjadi sasaran tangkap sehingga terjerat pada jaring. Pengoperasiannya dilakukan padapermukaan, pertengahan maupun pada dasar perairan, umumnya untuk menangkap ikan pelagis maupun ikan demersal tergantung jenis jaring insang. Jaring insang dioperasikan secara menetap, dihanyutkan, melingkar maupun terpancang pada permukaan, pertengahan maupun dasar perairan. Jaring insang ada yang satu lapis maupun berlapis. Jaring insang berlapis umumnya dioperasikan pada dasar perairan umumnya menangkap ikan demersal. 

 2. Pukat Hela 
Pengertian Pukat Hela menurut SNI 01-7232-2006 adalah Alat penangkap ikan dan udang berbentuk kantong yang terbuat dari jaring dan terbuat dari dua bagian sayap, bagian badan,serta bagian kantong pukat yang dioperasikan pada kolom perairan dengan cara di hela oleh kapal.vMenurut Nomura dan Yamazaki (1977), pukat Hela terbuat dari bahan serat alami ataupun sintetis, merupakan alat tangkap ikan dan udang. Pengoperasiannya dilakukan secara aktif, dihela oleh satu atau dua kapal pada perairan yang diduga terdapat ikan dan udang. agar hasil tangkapan masuk dan terkumpul di dalam kantong. Pengoperasian pukat hela (penebaran dan penarikan) dilakukan secara manual, maupun masinal memakai alat bantu penangkapan Lebih lanjut dijelaskan bahwa pukat hela dapat dibedakan atas beberapa jenis: 
 • Menurut jumlah panel, antara lain: 2 seam, 4 Seam, 6 seam, dan 8 seam 
 • Menurut perairan, antara lain: Pukat hela dasar, pertengahan, dan pelagis. 
 • Menurut teknis pengoperasian: stern trawl, side trawl, double rig trawl, pair trawl 
• Menurut jenis target penangkapan, antara lain : pukat hela udang, ikan 
 • Menurut skala usaha, antara lain: skala kecil, menengah, dan industri 

Pada umumnya pukat Hela ikan digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan pertengahan dan ikan demersal. Bentuk umum konstruksi pukat Hela Ikan berbentuk kantong , pada bagian kantong nya tanpa dilengkapi dengan alat pemisah ikan (API). Teknik pengoperasian Pukat ikan pada prinsipnya dilakukan dengan cara dihela (towed) di belakang kapal. Sejak diberlakukannya penghapusan alat tangkap pukat harimau pada tahun 1980, pengoperasian kapal pukat ikan diarahkan terkonsentrasi dioperasikan di perairan Laut Arafura. Namun dengan telah ditetapkan kawasan perairan arafura sebagai daerah terbatas bagi penangkapan pukat ikan, maka untuk sementara pembangunan dan penambahan kapal pukat ikan dihentikan. 

3. Rawai Tuna (Tuna Long Line) 
 Rawai Hanyut dioperasikan dengan membentangkan rangkaian basket di perairan laut dalam pada daerah penyebaran ikan tuna (antara lain: Samudera Pasifik, Samudera Hindia, Laut Banda). Pada perikanan rawai hanyut skala besar umumnya menebarkan lebih dari 200 basket basket, yang berisi 3.000 mata pancing. Daerah penangkapan armada rawai tuna Indonesia meliputi : di perairan Samudera India dari Selatan P. Sumba sampai di sebelah Barat Aceh, di perairan sebelah Utara Bali sampai Laut Flores, di perairan Teluk Tomini, Laut Banda, Laut Sulawesi, di perairan Samudera Pasifik dari Utara Halmahera sampai di Utara Papua. Musim ikan tuna adalah waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan penangkapan yaitu ketika sediaan ikan tuna berlimpah dan ukuran serta umurnya sudah layak untuk ditangkap. Perubahan pola musim akibat perubahan cuaca berpengaruh langsung pada musim ikan tuna. Bagi nelayan skala kecil dan menengah musim kemarau yang panjang merupakan musim penangkapan ikan tuna yang panjang karena salinitas yang tinggi. Sedangkan apabila terjadi musim hujan yang panjang biasanya musim ikan berlangsung sangat singkat, karena salinitas yang rendah di perairan dekat daratan membuat ikan tuna berada jauh ke tengah. 

Alat tangkap yang banyak digunakan selain dengan rawai tuna, antara lain: pukat cincin, pancing tonda, pancing ulur, jaring insang dan huhate Daerah penangkapan ikan tuna meliputi kawasan luas yang merupakan sebaran dari lintasan ruwaya pertumbuhan ikan tuna, melewati batas perairan berbagai negara, sehingga ikan tuna dikenal sebagai spesies yang bermigrasi luas (highly migratory species). Kondisi tersebut membentuk perikanan tuna (tuna fishery) menjadi tulang punggung ekonomi negara-negara yang menjadi lintasan ruwayanya dan mendorong terbentuknya organisasi regional yang peduli terhadap pengendalian dan perlindungan sumberdaya ikan tuna (Tuna regional fisheries management organization). Beberapa RFMO yang memfokuskan kepada ikan tuna antara lain Indian Ocean Tuna Commission (IOTC), Western and Central Pacific Fisheries Commission (WCPFC), Commision for the Conservation of Southern Bluefin Tuna, Inter-American Tropical Tuna Comission (Eastern Pacific Ocean) (IATTC), International Comission for the Conservation of Atlantic Tuna (ICCAT). Berdasarkan penggolongan alat tangkap ikan menurut ISSCFG (International Statistical Standard on Classification of Fishing Gear), di dalam Nedelec (1996), Rawai tuna tergolong dalam jenis “ drift long line “, nomor kode: ISSCFG : LLD.09.4.0. Satu rangkaian rawai hanyut tersusun dari beberapa komponen, antara lain : main line, Radio buoy, buoy dan buoy line serta branch line. Rawai tuna tipe konvensional (tipe lama),diperkenalkan pertama oleh kapal kapal milik PT SAMODREA BESAR, di BENOA (Bali) di MAKASAR dan di SABANG. 

Pada rawai tuna tipe konvensional (tipe lama), tali utama berbentuk penggalan tali; setiap penggalan (utas) tali merupakan jaarak interval penempatan tali cabang. Panjangnya setiap utas berkisar antara 40~60 meter. Bahan tali utama, tali cabang dan tali pelampung terbuat dari tali berserat banyak (multifilament rope), antara lain : katun, polyester, nylon; setiap basket disusun dan ditempatkan pada satu basket (keranjang kayu). Sejalan dengan peningkatan efisiensi, dalam perkembangannya kemudian penempatan unit rawai hanyut dalam keranjang kayu diganti dengan kemasan dalam ikatan tali pengikat “moko” ,sehingga satu basket merupakan satu ikat kemasan (gulungan) tali, berisi sejumlah tali utama, tali cabang dan tali pelampung. Cara tersebut lebih dikenal dengan nama rawai banting karena untuk mengikat kemasan tali tersebut harus dibanting agar kemasannya kokoh dan tidak mudah terurai. Kemasan dalam bentuk basket tersebut memudahkan penyimpanannya di kapal pada ruang penyimpanan alat tangkap (basket store). 

 4. Rawai Dasar (Tuna Long Line) 
 Menurut International Standard Statistical and Calssification of Fishing Gear (ISSCFG) rawai dasar termasuk kelompok Bottom Set Longline, nomor kode: LLS 09.3.0. Nelayan yang mengoperasikan merupakan nelayan terampil dan mampu menduga daerah penangkapan, musim penangkapan, serta mampu mengoperasikan rawai dasar dengan baik. Banyaknya tinting rawai dasar tersebut yang dioperasikan disesuaikan kepada kemampuan nelayan. Ikan sasaran penangkapan adalah ikan dasar yang bernilai ekonomis tinggi, antara lain: kakap, lencam, kerapu, kerisi, gerot, bambangan, cucut, remang dan pari. Umpan yang digunakan berupa irisan daging ikan dikaitkan pada mata pancing. Keranjang rawai dasar terbuat dari keranjang bambu, atau keranjang plastik, merupakan tempat penyimpanan satu rangkaian komponen utama rawai dasar. Satu keranjang rawai dasar dinamakan “ satu tinting (satu basket)”. Bentuk umum rawai dasar sangat beragam. Bentuk umum tersebut dapat dipilih atau dimodifikasi ditentukan berdasarkan bebagai pertimbangan dalam merancang alat penangkap ikan, Satu unit rawai dasar tersusun dari : 
 (a).komponen utama , 
 (b). komponen pelengkap dan 
 (c). komponen pendukung. 

 Pada umumnya di dalam satu unit kapal (perahu) membawa 1 s.d 5 tinting rawai dasar (50 s.d 250 pancing), ditebarkan membentang di dasar perairan. Pada setiap mata pancing dikaitkan satu umpan berupa potongan daging ikan. Dengan cara tersebut diharapkan Ikan sasaran penangkapan (target spsecies) memakan umpan. Ikan yang terkait pada mata pancing tidak dapat melepaskan diri, menjadi hasil tangkapan. Rangkaian komponen tersebut dibentangkan di dasar perairan, untuk menangkap berbagai jenis ikan dasar. 
 Tali Utama/ Main Line Adalah komponen rawai dasar yang berfungsi sebagai tempat menggantung atau mengikatkan tali cabang. Benang dan jenis bahan yang digunakan sebagai tali utama ditentukan berdasarkan beban yang timbul pada waktu alat dioperasikan. 
 Beberapa sifat-sifat bahan yang penting untuk membuat tali utama rawal dasar bagi nelayan skala kecil antara lain: 
1. Memiliki daya tahan putus lebib besar dan 100 kgf. 
2. Tahan terhadap gesekkan dan organisme pembusuk. 
3. Memiliki daya lentur yang baik. 
4. Harganya relatif mudah dan banyak dijumpai dipasaran. 

 Tali Cabang/ Branch Line Adalah komponen rawai dasar tempat mengikatkan mata pancing. Tali diikatkan atau digantungkari pada tali utama . Ukuran dan jenis bahan yang dpergunakan untuk membuat tali cabang, disesuaikan dengan jenis dan ukuran ikan tangkapan yang dominan.
 Beberapa sifat-sifat bahan yang penting untuk membuat tali cabang rawai dasar bagi nelayan skala kecil antara lain: 
1. Memiliki daya tahan putus (breaking strength) yang cukup, kira-kira sebesar 3 kali berat sasaran ikan tangkapan yang dominan. 
2. Memiliki transparansi yang tinggi agar tidak mudah dilihat oleh ikan. 
3. Tahan terhadap gesekan dan organisme pembusuk. 
4. Memiliki daya lentur yang baik.

  Penebaran rawai dasar di perairan pada umumnya dimulai pada sore hari sebelum mata hari terbenam, kemudian rawai dasar ditebarkan di perairan, terendam hingga beberapa jam. Dalam satu malam dapat dilakukan 1~3 kali setting dan haulling . 

 • Menebarkan pelampung umbul (pelampung berbendera)., diikuti dengan jangkar pemberat, tali utama secara urut dan teratur 
• Menebarkan pancing yang telah dilengkapi umpan, diikuti dengan tali-tali cabangnya hingga selesai ditebarkan satu basket pertama 
 • Ujung ahir dari tali utama basket pertama, disambung kepada ujung awal dari tali utama basket kedua. Kemudian secara urut dan teratur seluruh komponen rawai dasar basket ke dua ditebarkan seperti pada penebaran basket pertama. 
 • Pada ujung terahir dari rangkaian basket terakhir, dihubungkan dengan tali pemberat jangkar, pemberat jangkar, dan pelampung umbul dan tali pelampung umbul, kemudian ditebarkan secara urut dan teratur 
• Lama menunggu berkisar antara 5~6 jam. Penarikan (haulling) dimulai dari salah satu pelampung umbul, diikuti dengan pengangkatan komponen-komponen lainnya. Ikan hasil tagkapan dilepaskan dari mata pancing, dihimpun dalam keranjag, Penangkapan dilakukan denganpola balik hari atau bermalam hingga beberapa hari di daerah penangkapan.
 • Sebelum disimpan pada ruangan peyimpanannya rangkaian tali temali rawai dasar harus telah bersih dari sisa umpan, darah ikan atau kotoran lainnya. Untuk menghambat pelapukan, serta gangguan tikus dan organisme perusak lainnya, maka rangkaian tali temali.dan mata pancing sebaiknya disimpan pada tempat tertutup namun tetap mendapat sirkulasi udara yang baik. 
 • Rangkaian komponen rawai dasar tersusun di dalam keranjang (basket), harus tetap terjaga kerapihan dan keutuhan susunannya, untuk mencegah kusut.dan agar selalu siap j digunakan setiap saat dibutuhkan Mata pancing terbuat dari logam rentan terhadap serangan karat, maka untuk tetap mempertahankan keawetan pancing, dan menghambat proses pembentukan karat pada mata pancing, maka mata pancing harus selalu bersih dari sisa umpan, darah ikan atau kotoran lainnya. Setiap selesai digunakan, seluruh mata pancing digosok dengan lilin (malam). Kemudian secara berkala bagian ujung yang runcing dari mata pancing diasah dengan batu asah, agar keruncingan dan ketajaman mata kail selalu terpelihara.

Tidak ada komentar:

Entri Populer